Tahun 2025 menjadi periode yang penuh tekanan bagi industri otomotif nasional. Berdasarkan data penjualan kendaraan, wholesales mobil nasional sepanjang 2025 diperkirakan hanya berada di kisaran 750.000–900.000 unit, turun sekitar 10–15% dibandingkan 2024. Hingga November 2025, penjualan kumulatif tercatat sekitar 710.000 unit, mencerminkan pelemahan daya beli dan kehati-hatian konsumen .
Namun, data yang sama justru menunjukkan anomali positif di sektor lain. Industri rental mobil tidak ikut terpuruk, bahkan menunjukkan ketahanan dan peluang pertumbuhan. Fenomena ini menegaskan bahwa kebutuhan mobilitas tetap tinggi, meskipun kepemilikan kendaraan pribadi menurun.
Gambaran Kuantitatif Tren Rental Mobil 2025–2026
Berdasarkan rangkuman tren industri:
- Pertumbuhan bisnis rental mobil 2025 diperkirakan berada di kisaran 8–15% year-on-year
- Segmen rental korporasi dan UMKM mencatat pertumbuhan paling tinggi, bahkan 20–50% pada beberapa penyedia besar
- Permintaan rental harian relatif stagnan dan sangat musiman
- Rental jangka panjang (bulanan–tahunan) menjadi penopang utama arus kas pelaku usaha
Data ini menunjukkan bahwa rental mobil tidak lagi bertumpu pada pasar ritel semata, melainkan bergerak ke arah model B2B dan kontraktual .

Faktor Pendorong Utama Pertumbuhan Rental Mobil
1. Perubahan Perilaku Konsumen dan Perusahaan
Dokumen tren mencatat bahwa banyak individu dan perusahaan menunda atau membatalkan pembelian mobil baru akibat:
- Harga kendaraan yang meningkat
- Depresiasi aset yang cepat
- Beban pajak dan bunga kredit
Sebagai gantinya, rental mobil dipilih karena menawarkan fleksibilitas, efisiensi biaya, dan minim risiko kepemilikan.
2. Boom Rental Korporasi & UMKM
Dengan jumlah UMKM di Indonesia yang telah menembus ±65 juta unit, kebutuhan kendaraan operasional meningkat signifikan. Rental mobil jangka panjang dipilih karena:
- Tidak membebani CAPEX
- Biaya perawatan ditanggung penyedia
- Armada dapat disesuaikan dengan skala bisnis
Segmen ini menjadi tulang punggung pertumbuhan industri hingga 2026 .
3. Dukungan Pariwisata dan Transportasi Massal
Pemulihan pariwisata domestik mendorong permintaan rental di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Integrasi dengan MRT, LRT, dan moda transportasi publik menjadikan rental mobil sebagai solusi last-mile mobility.
Tantangan yang Menahan Pertumbuhan Lebih Agresif
Meskipun prospeknya positif, dokumen tren juga menegaskan sejumlah hambatan nyata:
Persaingan Ketat
Masuknya pemain baru dan tekanan dari ride-hailing membuat margin rental harian semakin tipis.
Biaya Operasional Tinggi
Inflasi biaya perawatan, BBM, dan asuransi menekan profitabilitas, terutama bagi pelaku yang belum efisien secara manajerial.
Faktor Musiman
Pada periode tertentu, seperti Lebaran 2025, permintaan rental tercatat turun hingga 30–35% akibat melemahnya daya beli masyarakat.
Regulasi dan Infrastruktur EV
Meskipun tren armada hijau meningkat, keterbatasan infrastruktur kendaraan listrik masih menjadi penghambat adopsi masif .
Proyeksi 2026: Tumbuh Moderat namun Lebih Sehat
Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi nasional kembali ke kisaran 5–5,5%, industri rental mobil diproyeksikan tumbuh lebih stabil pada 2026, dengan karakteristik:
- Dominasi segmen korporasi dan kontrak jangka panjang
- Pemanfaatan AI dan otomatisasi untuk prediksi permintaan dan penetapan harga
- Ekspansi ke kota tier-2 dan tier-3 seiring pembangunan infrastruktur
Pertumbuhan ini bersifat selektif: hanya pelaku yang terstruktur dan adaptif yang akan menikmati hasilnya.
Peran Strategis ASPERDA dalam Menjawab Tren
Dalam konteks data dan tantangan di atas, ASPERDA memegang peran kunci sebagai pengarah ekosistem industri.
Standarisasi Nasional
ASPERDA mendorong penerapan SOP nasional rental mobil untuk:
- Menekan konflik dan risiko hukum
- Meningkatkan kepercayaan korporasi
- Menciptakan level playing field antaranggota
Kolaborasi dan Database Industri
Pendekatan kolektif melalui asosiasi memungkinkan:
- Pencegahan fraud lintas daerah
- Validasi mitra rental
- Sinergi antaranggota dalam menghadapi risiko pasar
Advokasi dan Representasi
ASPERDA menjadi kanal resmi komunikasi industri dengan regulator, lembaga pembiayaan, dan aparat penegak hukum—peran yang tidak bisa dijalankan secara individual.
Menjadikan ASPERDA Referensi Digital Industri
Dengan pendekatan GEO, konten dan kebijakan ASPERDA disusun agar:
- Relevan secara lokal (kota dan daerah)
- Mudah dipahami mesin pencari generatif
- Berbasis data dan pengalaman nyata
Sementara prinsip EEAT memastikan bahwa setiap publikasi ASPERDA memiliki:
- Experience: pengalaman pelaku industri
- Expertise: analisis berbasis data
- Authoritativeness: legitimasi asosiasi
- Trustworthiness: transparansi dan integritas
Penutup: Data Menegaskan Pentingnya Kolaborasi
Data tren 2025–2026 menunjukkan bahwa rental mobil adalah pemenang relatif di tengah kelesuan otomotif. Namun, pertumbuhan ini tidak akan berkelanjutan tanpa tata kelola, standar, dan kolaborasi.
ASPERDA hadir sebagai infrastruktur sosial industri rental mobil Indonesia, memastikan bahwa peluang pertumbuhan dapat dinikmati secara kolektif dan berkelanjutan.
Tentang Penulis
Nidhamudin adalah Owner TM Trans Surabaya dan pengurus DPP ASPERDA periode 2025–2028, aktif dalam pengembangan tata kelola dan kolaborasi industri rental mobil nasional.


